Recent post
Tampilkan postingan dengan label Book. Tampilkan semua postingan
- IDENTITAS FILM
Judul Film
: Soekarno
Sutradara
: Hanung
Bramantyo
Produser :
Raam Pujabi
Editing
: Cesa David Luckmansya
Tahun pembuatan
: 2013
Durasi
: 150 minutes
·
Pemeran :
· Ario Bayu - Soekarno
· Lukman Sardi - Hatta
· Tanta Ginting - Sjahrir
· Tika Bravani - Fatmawati
· Maudy Koesnaedi - Inggit Garnasih
· Sujiwo Tejo - Soekemi Sosrodihardjo (Ayah Soekarno)
· Ayu Laksmi - Ida Ayu Nyoman Rai (Ibu Soekarno)
· Mathias Muchus - Hassan Din (ayah Fatmawati)
· Rully Kertaredjasa - Ibu Fatmawati
· Ferry Salim - Sakaguchi
· Agus Kuncoro - Gatot Mangkuprojo
· Stefanus Wahyu - Sayuti Melik
· Elang - Kartosuwiryo
· Agus Mahesa - Ki Hadjar Dewantara
· Hamid Salad - Achmad Soebardjo
· Hengky Solaiman - Koh Ah Tjun (pedagang China)
· Ria Irawan - Ceuceu (mucikari)
· Emir Mahira - Soekarno remaja
· Aji Santosa - Soekarno kanak-kanak
· Michael Tju – Hirohito
· Ario Bayu - Soekarno
· Lukman Sardi - Hatta
· Tanta Ginting - Sjahrir
· Tika Bravani - Fatmawati
· Maudy Koesnaedi - Inggit Garnasih
· Sujiwo Tejo - Soekemi Sosrodihardjo (Ayah Soekarno)
· Ayu Laksmi - Ida Ayu Nyoman Rai (Ibu Soekarno)
· Mathias Muchus - Hassan Din (ayah Fatmawati)
· Rully Kertaredjasa - Ibu Fatmawati
· Ferry Salim - Sakaguchi
· Agus Kuncoro - Gatot Mangkuprojo
· Stefanus Wahyu - Sayuti Melik
· Elang - Kartosuwiryo
· Agus Mahesa - Ki Hadjar Dewantara
· Hamid Salad - Achmad Soebardjo
· Hengky Solaiman - Koh Ah Tjun (pedagang China)
· Ria Irawan - Ceuceu (mucikari)
· Emir Mahira - Soekarno remaja
· Aji Santosa - Soekarno kanak-kanak
· Michael Tju – Hirohito
·
Alur Film : Alur Maju
· SINOPSIS
Lahir dengan nama Kusno, dan karena
sering sakit diganti oleh ayahnya dengan nama Soekarno. Besar harapan anak
kurus itu menjelma menjadi ksatria layaknya tokoh pewayangan - Adipati Karno.
Harapan bapaknya terpenuhi, umur 24 tahun Sukarno berhasil mengguncang podium,
berteriak: Kita Harus Merdeka Sekarang!!! Akibatnya, dia harus dipenjara.
Dituduh menghasut dan memberontak. Tapi keberanian Sukarno tidak pernah padam.
Pledoinya yang sangat terkenal, Indonesia Menggugat, mengantarkannya ke
pembuangan di Ende, lalu ke Bengkulu.
Di Bengkulu, Sukarno istirahat sejenak
dari politik. Hatinya tertambat pada gadis muda bernama Fatmawati. Padahal
Sukarno masih menjadi suami Inggit Garnasih, perempuan yang lebih tua 12 tahun
dan selalu menjadi perisai baginya ketika di penjara maupun dalam pengasingan.
Kini, Inggit harus rela melihat sang suami jatuh cinta. Di tengah kemelut rumah
tangganya,Jepang datang mengobarkan perang Asia Timur Raya. Berahi politik
Soekarno kembali bergelora.
Hatta dan Sjahrir, rival politik
Sukarno, mengingatkan bahwa Jepang tidak kalah bengisnya dibanding Belanda.
Tapi Sukarno punya keyakinan, Jika kita cerdik, kita bisa memanfaatkan Jepang
untuk meraih kemerdekaan. Hatta terpengaruh, tapi Sjahrir tidak. Kelompok pemuda
progresif pengikut Sjahrir bahkan mencemooh Sukarno-Hatta sebagai kolaborator.
Keyakinan Sukarno tak goyah.
Sekarang, kemerdekaan Indonesia terwujud
pada tanggal 17 Agustus 1945. Di atas kereta kuda, Haji Oemar Said (HOS)
Cokroaminoto berwejang kepada Sukarno muda: Manusia itu sama misteriusnya
dengan alam, tapi jika kau bisa menggenggam hatinya, mereka akan mengikutimu.
Kalimat ini selalu dipegang Sukarno sampai dia mewujudkan mimpinya: Indonesia
Merdeka!
·
Kelebihan
- Karakter dan penokohan yang kuat.
- Salah satu kekuatan utama dalam film ini adalah detil sejarah yang rinci dan tidak banyak orang tau. Menurut saya film ini berbeda dengan film Indonesia kebanyakan karena disertai dengan riset yang cukup mendalam. Dan hal ini memunculkan kepuasan bagi para penonton yang ingin melihat film ini dari sisi sejarahnya.
- Kekurangan
- Film ini sebagaimana tipikal film-film Indonesia pada umumnya, yakni mudah dimengerti. Alur film ini sangat mudah ditebak apalagi bagi yang mengetahui sejarah Indonesia pada periode kemerdekaan.
- Penokohan Sukarno dalam film ini sering digambarkan dalam situasi galau, murung, dan tertekan. Efek penuansaan dalam film ini pun didominasi dengan pencahayaan yang gelap sehingga kesan murung pada sosok Sukarno sebagai tokoh utama semakin terasa. Padahal kita mengenal Sukarno merupakan sosok yang tegas.
- Film ini memaksakan sisi romantisme Sukarno secara salah. Film ini mengangkat Sukarno sebagai seorang yang womanizer. Akan lebih baik jika konflik Sukarno-Inggit-Fatma dalam film ini ditiadakan dan hanya fokus dalam pergulatan dalam mendapatkan kemerdekaan.
Kupilih Jalan Gerilya: Roman Hidup Panglima Besar Jenderal Soedirman
Judul : Kupilih Jalan Gerilya: Roman Hidup Panglima Besar Jenderal Soedirman
Pengarang : E. Rokajat Asura
Penerbit : Imania, 2015
Harga : 64.000
Sinopsis :
“Yang sakit itu Soedirman, Panglima Besar tidak pernah
sakit,” ujar Panglima Soedirman ketika Bung Karno menolak ikut gerilya.
Tubuh ringkih itu memilih jalan gerilya, membakar semangat prajurit,
membuktikan pada dunia—negara Indonesia tetap ada sekalipun para
pemimpin politik telah ditawan Belanda. Air mata Alfiah menderas setiap
membayangkan suaminya yang sakit-sakitan mendaki bukit, menembus
belantara, mengadang tanah tandus berbatu, menghindari serbuan Belanda
tanpa henti. Tapi di balik wajah pucat itu sinar matanya tak pernah
berubah—tajam berkarisma, membuat Simon Spoor frustrasi. Operasi
pengejaran Soedirman selalu gagal. Saat Soedirman kembali ke Yogyakarta,
rakyat menyemut di pinggir jalan menyambut. Air mata jadi saksi
bagaimana lelaki kurus pengidap TBC akut itu telah gemilang
mempertahankan martabat negeri. Ia berhasil mengusir berbagai aral
rintang, tapi tak berhasil mengusir penyakit TBC yang bersarang di
tubuhnya. Setelah rongrongan Belanda berakhir, ia pun menghadap llahi,
mengembuskan napas terakhir dengan tenang setelah memeriksa rapor
putra-putrinya. Langit Magelang menjadi saksi.
“Aku
bangga sekali, Bu, sepanjang hidupku Gusti Allah senantiasa memberikan
jalan yang sederhana, dekat dengan alam, anak-anak dan rakyat yang hidup
dan pikirannya sederhana. Rasanya tugasku sudah selesai. Kalaupun pada
akhirnya di-pundut Sing Kagungan, aku rela,” ujar Soedirman sebelum
menutup mata.
Jika Anda berminat silahkan komentar atau hub :
Fb : Duta Van Einstein
Terima Kasih :)
Buku Jenderal Soedirman, Kupilih Jalan Gerilya; Roman Hidup Panglima
Besar Jenderal Soedirman
Design Cover by Yudi Irawan S.Sn
Apresiasi terhadap buku ini begitu kentara dari Penulis buku Best Seller
Atlas Wali Songo (K.H. Agus Sunyoto) Pak Agus Sunyoto memberikan
komentarnya terhadap buku ini, berikut bunyinya. "Sangat menarik.
Pengungkapan yang cemerlang antara aktualita, faktualita, politik,
sejarah, budaya dan jiwa patriotik melalui bahasa naratif yang
komunikatif dan mudah di cerna."
pun dengan penulis buku Dalang Galau Ngetwit dan konsep Ngawur Karena
Benar (Sujiwo Tejo)
"Di dalam buku sejarah, pahlawan adalah orang yang pada akhirnya
membosankan. Di dalam roman, pahlawan bisa penuh warna seperti manusia
biasa pada umumnya. Begitu pula Kiai Lelonobronto, nama samaran Panglima
Besar Jenderal Soedirman dalam Karya E. Rokajat Asura ini.
Kejenakaannya bersama sang adik, Samingan, maupun romantismenya bersama
Sang Istri, Alfiah, barulah sebagian warna warni sang gerilyawan dalam
karyanya."
Ketika Bung Karno menolak ikut gerilya. Tubuhnya yang ringkih dengan
menahan sakit paru di dada memilih jalan gerilya, membakar semangat
prajurit, dan membuktikan pada dunia bahwa negeri tercinta Indonesia
masih ada walau pemimpin politik kita telah di tawan oleh Belanda.
Mungkin, inikah skenario yang sudah di buat oleh para pemimpin bangsa
kita ketika itu, Bung Karno lebih memilih jalur diplomasi dan Dimas
(demikian Bung Karno memanggil) Soedirman memilih gerilya, kontak fisik
dengan pasukan Belanda. Ada sebuah percakapan antara Dimas dan BUng
Karno yang sangat menyentuh dada dan membuat hati ini tak karuan di buku
ini. "Sekarang yang akan memimpin perang itu, Panglima Besar atau
Panglima Tinggi?" ujarnya. Bung Karno mengerenyit tapi kemudian
tersenyum tenang. "Kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi Dirman,
kondisinya sudah begini!". "Siap!" Soedirman menghormat. "Kalau Panglima
Tertinggi tidak bisa memimpin, mohon izin Panglima Besar akan memimpin
perang gerilya ini!. kau masih sakit, Dirman!". Sergah Bung Karno, nada
suaranya meninggi!". Yang sakit itu Soedirman, Panglima Besar tidak
pernah sakit," ujarnya. Hiks hiks. Luar biasa dialog yang menggugah rasa
nasionalisme ku. Bagaimana mungkin seorang yang sedang sakit, badan
ringkih dan di tandu mempunyai Semangat perjuangan dan pengorbanan yang
begitu luar biasa, hanya untuk membela tanah air kita tercinta. Hidup
matinya hanya untuk Indonesia kawan. Apakah para pejabat negeri kita ini
sudah membaca buku-buku sejarah yang menggugah rasa memiliki nusantara
ini. apakah mereka yang membuat kebijakan untuk mengelola negeri ini
masih bisa berjuang tanpa pamrih, tanpa perduli golongannya. Apakah
masyarakat kita termasuk saya sudah menghargai dengan cara perilaku yang
membuat bangga nusantara. Aaaaah sudahlah. Kok malah ngelantur.
lanjuuuut.
Dialog tersebut adalah pembuka dari buku ini yang begitu hidup, mengalir
deras dan membakar emosi kita tentang sosok yang sederhana namun gigih
dalam memperjuangkan setiap cita-citanya. Dalam sosok Jenderal Besar
ini, kita bisa mengambil sebuah pelajaran tentang hidup, kehidupan,
romantisme, kegigihan, dan kecerdasan.
Pernah suatu ketika di tahun 1934, Soedirman yang tergabung dan memimpin
kepanduan Hizbul Wathan Muhammaddiyah cabang Cilacap mengadakan diklat
di kaki Gunung Slamet. Memang seru ketika kita curhat di ketinggian atau
untuk mengorek sesuatu dari kawan kita, dan itu yang di lakukan Sidik,
seorang sahabat Soedirman untuk mengetahui lebih jauh tentang rasa suka
Soedirman terhadap Alfiah, putri seorang saudagar batik dan pengurus
Muhammadiyah. Dan seperti biasa, seorang yang kasmaran tidak akan
menjawab dengan jujur apa yang di rasakannya. udara dingin Gunung Slamet
menjadi saksi kegigihan seorang Soedirman yang mampu bertahan,
sementara kawan-kawan yang lain turun dan tak kuat menahan teror dingin
di Gunung Slamet itu. Hingga azan Subuh berkumandang Soedirman tetap
mampu mengalahkan rasa dingin itu. Apa yang di ajarkan oleh Raden
Suwarjo Tirtosupono, begitu membekas dalam diri Soedirman. "Susah dan
senang menghadapi tantangan alam, berasal dari pikiran kowe sendiri,"
ujar Raden Suwarjo. Kegigihan yang luar biasa yang akhirnya menjadikan
seorang Soedirman mampu mengemban tugas negara dengan briliant. Walau di
tandu, walau parunya hanya sebelah yang bekerja, walau tubuhnya
ringkih, strategi, kharisma dan wibawanya mampu membuat komando yang
begitu tepat dan dahsyat.
Sang pejuang gerilya itu pun akhirnya tak mampu melawan penyakitnya.
"Aku bangga sekali, Bu. sepanjang hidupku Gusti Allah memberikan jalan
yang sederhana, dekat dengan alam, anak-anak dan rakyat yang hidup
dengan pikirannya sederhana.Rasanya tugasku seudah selesai, Kalaupun
pada akhirnya di pundut sing kagungan, aku rela,"ujar Soedirman
Jangan sekali sekali melupakan sejarah kawan. Semoga Seluruh anggota
masyarakat Indonesia, para anggota dewan dan pejabat yang membuat
kebijakan mampu bersinergi dengan elegant. dan mereka yang mempunyai
kebijakan selalu berpihak untuk untuk kebaikan rakyat yang bisa
dinikmati oleh rakyat indonesia dan cita-cita luhur para pendiri bangsa
kita tercapai. Amiin. Kesederhaan Bung Hatta mungkin bisa di bilang
zuhud. Kegemilangan Bung Karno dalam membangun karakter bangsa membuat
bangsa kita di segani ketika itu, bahkan Bung karno di nobatkan sebagai
pahlawan Islam di Asia-Afrika. ketika Bung Karno berpidato Bung Karno
yang fenomenal di depan Sidang Umum PBB XV, 30 September 1960. Pidato
itu diberinya judul To Build the World Anew, Membangun Tatanan Dunia
yang Baru.
Aymara
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/4ym4r4/buku-jenderal-soedirman-kupilih-jalan-gerilya-roman-hidup-panglima-besar-jenderal-soedirman_552aeb6b6ea834f640552d2b
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/4ym4r4/buku-jenderal-soedirman-kupilih-jalan-gerilya-roman-hidup-panglima-besar-jenderal-soedirman_552aeb6b6ea834f640552d2b
Sebelum 1 Oktober 1965, nama soeharto tidak banyak dikenal atau
disebut-sebut orang. Namanya tiba-tiba muncul kepermukaan setelah atas
inisiatifnya sendiri sebagai Panglima Komando Cadangan Strategi Angkatan Darat
(Pangkostrad) mengambil alih pimpinan Angkatan Darat menyusul aksi penjemputan
paksa enam perwira tinggi Angkatan Darat oleh G30S (James Lahulima, 2007 : 39).
Menurut kesaksian kolonel Abdul Latief, sebenarnya Soeharto telah
mengetahui rencana penculikan para jendral beberapa hari sebelum 30 September
1965. Kolonel Abdul Latief melaporkan kepada soeharto bahwa dini hari tanggal 1
oktober akan dilancarkan operasi atau gerakan untuk menggagalkan rencana kudeta
Dewan jendral. Soeharto ketika itu berada di RSPAD Gatot Soebroto mendampingi
putranya Hutomo Mandala Putra (Tommy) yang terbaring sakit. Menurut Abdul
Latief, Soeharto tidak melarang atau mencegahnya untuk melakukan operasi
"pengambilan" tersebut. Sebelumnya Soeharto juga mendapat informasi
dari salah seorang bekas anak buahnya di Yogyakarta bernama Subagyo mengenai
Dewan Jendral yang hendak melakukan coup d'etat terhadap Presiden Soekarno pada tanggal 5
oktober 1965.
Menurut John Rossa, Soeharto menggunakan G30S sebagai dalih untuk
merongrong legitimasi Soekarno sambil melambungkan dirinya ke kursi
kepresidenan. Pengambilan kekuasaan negara secara bertahap di bawah selubung
usaha untuk mencegah kudeta oleh Soeharto ini disebut kudeta merangkak. Jika
bagi presiden Soekarno aksi G30S ini disebut riak kecil di tengah samudera
besar revolusi dan peristiwa kecil yang dapat diselesaikan dengan tenang tanpa
menimbulkan guncangan besar terhadap struktur kekuasaan, maka bagi Soeharto
peristiwa itu merupakan tsunami pengkhianatan dan kejahatan yang menyingkapkan
adanya kesalahan yang sangat besar pada pemerintahan Soekarno. Soeharto menuduh
Partai Komunis Indonesia mendalangi G30S dan selanjutnya menyusun rencana
pembasmian terhadap orang-orang yang terkait dengan partai itu. Tentara
Soeharto menangkapi 1,5 juta labih orang
yang dituduh terlibat dalam G30S. Ratusan ribu orang dibantai angkatan Darat
dan milisi yang berafiliasi dengannya di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali dari
akhir tahun 1965 sampai pertengahan 1966 dalam salah satu pertumpahan darah
terburuk di abad ke-20 (John Rossa, 2008 : 4-5)
Setelah berhasilnya Soeharto menumpas Partai Komunis Indonesia yang
dianggapnya sebagai dalang dari peristiwa G30S, nama Soeharto melambung tinggi.
Dia dianggap sebagai pahlawan yang muncul dalam krisis kepercayaan yang terjadi
pada masa itu. Soeharto berhasil meyakinkan semua pihak bahwa ia bukan jenderal
biasa. Ia terbukti mampu mengatasi berbagai komplikasi politik yang bermunculan
menyusul peristiwa G30S. Dalam waktu singkat, ia pun berhasil menjinakkan semua
lawan politik potensial, sehingga konsolidasi kekuasaan dapat segera
diwujudkan. Karenanya, Soeharto bisa diterima semua pihak sebagai pemimpin baru
pasca tragedi September 1965.
Rezim Orde Baru dibangun atas dasar peranannya sebagai pemulih tata
tertib. Pembantaian yang dilakukan terhadap masyarakat yang dianggap terlibat
dalam peristiwa G30S dipakai untuk membentuk citra Orde Lama dipikiran publik
sebagai periode kekacauan dan huru-hara. Sehingga terbentuk anggapan bahwa
munculnya Orde Baru dan Soeharto sebagai jawaban dan solusi dari peristiwa
kelam tersebut. Orde Baru memperalat memori sejarah dengan tidak menonjolkan
pembunuhan dalam sejarah resminya untuk mengukuhkan kebsahannya sendiri. Dalam
perjalanannya, Orde Baru banyak mengeluarkan versi-versi sejarah yang terjadi
dengan menonjolkan sisi kebaikan yang dilakukan pada masanya dan sisi keburukan
yang dilakukan oleh rezim Orde Lama serta Partai Komunis Indonesia. Serta
memperlihatkan bawah kekacauan yang terjadi pada 1965 merupakan kekacauan yang
terjadi akibat kekacauan yang dilakukan oleh Orde Lama dan bukan permulaan Orde
Baru.
Pada tahun-tahun awal kekuasaannya, banyak yang mengira Soeharto
tidak akan mempertahankan kekuasannya untuk jangka waktu yang lama. Seiring
berjalannya waktu, ternyata Soeharto memiliki kemampuan politik yang sangat
tinggi (Edward Aspinal, Herbert Feith, dan Gerry van Klinken, 2000 : 3). Baru kemudian disadari, masa jabatannya sudah jauh
melampaui Presiden Soekarno, yang ia gantikan setelah lebih dulu memereteli
kekuasaannya. Baru belakangan banyak yang terhenyak atas fakta bahwa
pemerintahan Orde Baru ternyata salah satu rezim otoriter di dunia yang paling
lama berkuasa. Bahkan menjadikan Soeharto sebagai pemimpin di negara Demokratis terlama di dunia.
Untuk
mencapai pemerintahan yang begitu lamanya tanpa ada gangguan dari rival
politiknya, Soeharto menggunakan beberapa cara terutama kaitannya
dengan posisi strategis kepemimpinan yang diisi orang kepercayaannya.
Dalam menjalankan kekuasaannya, pemerintahan Orde Baru mendapatkan
dukungan yang sangat besar dari pihak militar yang pada saat itu dikenal
dengan
sebutan ABRI. Dukungan militer tidak hanya menjadi pemain politik yang
utama
melainkan juga ikut membangun format politik Orde Baru untuk kemudian
aktif
mempertahankannya selama lebih dari tiga dekade merupakan basis kekuatan
Soeharto selama 32 tahun kekuasaannya. Sehingga ketika masuk ke masa
reformasi, barulah disadari hal ini sangatlah tidak fair dan menyalahi
aturan yang ada. Tidak sepantasnya ABRI memainkan peran dalam dua tugas
yang bertolak belakang, memainkan peran dalam keamanan Negara juga
menjadi pucuk pimpinan yang harusnya diambil oleh kalangan sipil.
Kamampuan Soeharto mengendalikan militer untuk sebagian berasal
dari kepiawaiannya memainkan politik mutasi dan pertukaran loyalitas-imbalan
secara personal di antara para perwira militer. Bagian terbesar berasal dari
keberhasilannya membentuk format politik yang melembagakan peranan formal
militer dengan memberik hak-hak istimewa pada perwira militer atas
keikutsertaan mereka dalam urusan-urusan politik sipil, sosial, dan ekonomi.
ABRI dalam perpolitikan dilegitimasi oleh kerangka hukum dan
ideologi yang diamalkan oleh para prajurit sekaligus melindungi mereka dari
kecaman politik karena dianggap tidak absah. Pada masa ini ABRI memiliki peran
yang dikenal sebagai "Dwifungsi ABRI" dengan berbagai ketentuan hukum
yang mengikutinya. Sehingga ABRI memiliki peran yang sangat besar dalam kancah
perpolitikan pada masa Orde Baru ini. Ditangan Soeharto Dwifungsi ABRI dipahami
sebagai kekaryaan dengan keterlibatan militer dalam kehidupan politik dan
urusan sipil di tantanan birokrasi. Sehingga banyak menteri, duta besar,
gubernur, wali kota, dan bupati yang berasal dari kalangan perwira militer baik
masih aktif maupun sudah pensiun.
Selain itu, birokrasi sipil juga tidak terhidar dari
kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pemerintahan Soeharto untuk ikut aktif
dalam dunia perpolitikan. Birokrasi rezim Soeharto berfungsi melayani
kepentingan pembuat keputusan. Perilaku hanya untuk melayani dan melanggengkan
kekuasaan Soeharto dan menempatkan kepentingan masyarakat pada prioritas yang
lebih rendah karena tidak merasa ada keterkaitan dengan masyarakat. Yang
kemudian Soeharto berhasil memanfaatkan barisan militer dan birokrasi sipil
sebagai mesin politiknya. Pembentukan Korps Pegawai Republik Indonesia melalui
asas monoloyalitas telah mengikat pegawa negeri setia kepada Golongan Karya.
Apalagi dengan adanya Peraturan Menteri 12 dan PP No. 6/1970 melarang pegawai
Negeri termasuk ABRI didalamnya terlibat dalam kegiatan partai Politik dan
menuntut adanya loyalitas tunggal terhadap pemerintah. Ini berarti dalam setiap
pemilu yang dilakukan pada masa Orde Baru, Golkar selalu mendapatkan dukungan
yang sangat besar dan menempati wakil-wakilnya yang sangat banyak di dalam
parlemen.
Kebijakan selanjutnya dalam mempertahankan kekuasaannya, Soeharto
mengeluarkan kebijakan agar partai-partai politik melakukan fusi pada tahun
1973. Hanya ada dua partai sebagai perwakilan dari Nasionalis (PDI) dan agamis
(PPP) ditambah Golkar yang sudah diketahui sebagai mesin politik pemerintah.
Dengan adanya fusi partai tersebut, intervensi militer terhadap partai politik
sangatlah besar. Hal ini dilakukan guna tidak akan terjadinya pembangkangan dan
oposisi dalam proses politik di parlemen.
Sementara itu, potensi masyarakat sipil sebagai kekuatan koreksi
dan pengontrol terhadap kekuasaan pemerintahan ditumpulkan dan dikebiri melalui
pembentukan organisasi-organisasi perwakilan elemen masyarakat tunggal. Bahkan
bila dipandang perlu, para purnawirawan militer ditempatkan sebagai ketua
organisasi kemasyarakatan. Dan Apabila terjadi perkumpulan tanpa ijin dari
militer dan pemerintah, hal ini akan dianggap makar dan akan ditangkap oleh
pihak militer.
Selama Orde Baru berkuasa telah terselenggarakan enam kali pemilu,
yaitu pemilu 1971, pemilu 1977, pemilu 1982, pemilu 1987, pemilu 1992, dan
pemilu 1997. Keberkalaan pemilu yang dilakukan selama lima tahun sekali,
kecuali pada pemilu 1977 ini secara formal merupakan suatu prestasi yang luar
biasa. Apalagi dengan adanya tingkat partisipasi hampir mendekati 90 persen
setiap pelaksanaan pemilu.
Dalam pemilu yang dilakukan Orde Baru, selalu dimenangkan oleh
Golkar. Hal ini tidak lepas dari peran Militer dan birokrasi sipil yang sudah
dijelaskan dibagian atas tadi. Karena hal tersebut, melahirkan sistem
kepartaian yang hegemonik. Golkar begitu sangat dominan, dan partai lain serasa
hanya sebagai pelengkap dan formalitas belaka. Peranan parta-partai politik
dibuat seminimal mungkina dalam pembentukan pendapat umum. Partai-partai
tersebut hanya menjadi partai kelas dua dan sekedar diberi lisensi dengan
tujuan agar Golkar tetap menjadi pemenang dalam setiap pemilu dan tetap
berkuasa. Sehingga mayoritas parlemen yang berasal dari Golakar, membuat
Soeharto selalu memenangkan pemilihan Presiden setiap diadakan pemilihan
presiden di MPR.
Pada masa Orde Baru kata "Pembangunan" menjadi semacam
ideologi baru yang dikampanyekan oleh para pejabat dan memberikan legitimasi
tindakan rezim Orde Baru Soeharto untuk membedakannya dengan Orde Lama
Soekarno. Seiring dengan propaganda
tentang pentingnya mempertahankan Pancasila dan UUD 1945 dalam semua
aspek kehidupan sosial-politik. Pada rezim ini Pancasila diposisikan sebagai
antitesis terhadap semua bentuk ajaran marxisme-leninisme yang sepenuhnya
dilarang. Pembangunan sepenuhnya dipandang sebagai sebuah cara yang paling
benar untuk mengimplementasikan Pancasilan dan setiap orang di negeri ini wajib
untuk mendukungnya. Seseorang bisa saja ditangkap dan dipenjarakan dengan
tuduhan "anti-Pancasila" atau "anti-Pembangunan" yang
menjadi jargon politik yang efektif untuk menghabisi lawan-lawan politik rezim
dengan cara otoriter. (Syamsul Hadi, 2005 : 159-160).
Soeharto berada pada puncak kekuasaannya di pertengahan era
1980-an. Tak ada keputusan yang berdampak cukup luas dapat diambil tanpa
persetujuaanya. Legitimasinya sebagai penyelenggara pembangunan perekonomian
pun semakin kuat saat menyurutnya ancaman keambrukan perekonomian akibat
anjloknya harga minyak. Pertumbuhan ekonomi maju pesat di bawah rezim Soeharto,
tetapi pada saat yang sama Indonesia menjadi salah satu negara paling korup di
dunia dengan elite kecil sebagai penjarah kekayaan negara. Ini merupakan sebuah
paradoks perkembangan ekonomi terjadi di
negara yang digerogoti korupsi dan praktek rent-seeking yang massif, sistematis
dan endemik yang seharusnya mengganggu bekerjanya ekonomi pasar secara
substansial. Soeharto belajar dari kegagalan rezim Soekarno yang berahir dengan
kekacauan ekonomi.
Dalam kebijakannya di bidang ekonomi, Soeharto mempnyai hubungan
dekat dengan para pengusaha Tionghoa untuk memobilisasi modal yang besar,
keterampilan dan pengetahuan untuk mengembangkan berbagai proyek dan perusahaan
baru. Di bawah rezim Orde Baru hubungan dengan mereka sangat baik melalu kerja
sama untuk mengembangkan berbagai proyek pembangunan yang selalu didengungkan
oleh pemerintah. Pada masa ini
investor-investor asing berduyun-duyun masuk ke Indonesia dengan sambutan
terbuka dari pemerintah Orde Baru. Hal ini tidak terlepas dari dibukanya kran
Investasi asing yang dibuka oleh pemerintah Soeharto, yang sebelumnya di larang
oleh rezim Soekarno dengan disusunnya UU investasi asing pada tahun 1967. Hal
inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya peristiwa Malari pada 15 Januari
1974 sebagai protes terhadap kontrol dan kepemilikan asing di Indonesia.
Setelah melewati kejayaan ekonomi pada tahun 1966 sampai 1996 yang
disokong oleh stabilitas politik. Krisis
Asia dan Dunia pada akhir 1990-an menghantam Indonesia secara mengejutkan.
Hanya sedikit ahli yang memprediksikan bahwa krisis tersebut juga akan
terjadinya di Indonesia. Yang kemudian membuat pemerintah berpaling kepada Dana
Moneter Internasional (IMF) untuk melakukan konsultasi dan mendatangkan sebuah
paket penyelamatan pada 31 Oktober 1997 karena tidak mampu mengatasi krisis
tersebut.
Krisis ekonomi ini yang kemudian membangunkan "macan
tidur" yang bagi pemerintah tidak pernah diduga, yaitu gerakan mahasiswa
yang menemukan momentumnya . Mahasiswa mulai bergerak dengan tuntutan awalnya
penurunan harga. Isu ekonomi tersebut yang kemudian berkembang secara politis
dan berkembang untuk menurunkan presiden Soeharto sekaligus pencabutan
dwifungsi ABRI.
Setelah maraknya gerakan mahasiswa di pertengahan mei 1998, gerakan
berubah arah menjadi kerusuhan. Ribuan gedung terbakar, ratusan manusia
terpanggang dan tewas seketika. Ratusan penduduk asing meninggalkan Indonesia.
Sementara penduduk WNI non pribmi berada dalam kondisi yang sangat ketakutan
akibat teror dan kekerasan tidak ubahnya seperti sedang berlangsungnya sebuah
perang sipil. Para pendudukan keturunan Tionghoa menjadi pelampiasan dari para
perusuh yang menganggap bahwa mereka sebagai dalang dan penguasan perekonomian
di Indonesia selama ini.
Tewasnya empat mahasiswa pada 12 mei 1998 menjadi sumbu yang
meledakkan suasana. Ketika Presiden Soeharto kembali ke Jakarta dari Kairo pada
15 Mei pagi hari, Jakarta dalam keadaan perang saudara. Seruan agar ia turun
datang dari berbagai penjuru. Setelah mencoba dengan sia-sia untuk memulihkan
wewenangnya, presiden Soeharto mengaku kalah pada 21 Mei 1998. Presiden memilih
jalan konstitusional dengan mengacu pada pasa 8 UUD 1945, ia menyatakan tidak
sanggup lagi menjalankan tugasnya sebagai presiden dan menyerahkan jabatannya
kepada Wakil Presiden B.J. Habibie (Lambert Giebels, 2005 : 258-261).
Berita pengunduran diri Soeharto segera menjadi berita dunia.
Berbagai media menggambarkan bahwa seorang politis besar dunia era Perang
Dingin telah turun takhta. Untuk pertama kalinya selama 32 tahun, Indonesia
harus tumbuh tanpa dipimpin oleh Soeharto lagi. Kejadian ini sungguh dramatis.
Tiga bulan sebelumnya, tak ada pengamat politik yang paling optimis sekalipun
membanyangkan Soeharto akan turun dari kekuasaannya secepat ini. Begitu banyak
manuver politik di Indonesia terjadi di luar dugaan. (Denny J.A, 2006 :20)
Oleh : Syamsul Arifin (Syamsul008)
Oleh : Syamsul Arifin (Syamsul008)
Judul Buku
: Habibie & Ainun
Buku
: Novel
Penerbit : PT THC Mandiri
Penerbit : PT THC Mandiri
Diterbitkan
: Jalan. Kemang Selatan No. 98 Jakarta 12560 – Indonesia.
Tahun terbit
: November 2010
Penulis : Bacharuddin Jusuf Habibie
Kategori : Biografi
Tebal Buku : xii + 323 Halaman
Resolusi : 14 cm x 21 cm
Penulis : Bacharuddin Jusuf Habibie
Kategori : Biografi
Tebal Buku : xii + 323 Halaman
Resolusi : 14 cm x 21 cm
Jenis Cover
: Soft Cover
Text Bahasa
: Indonesia
Karya
lain Pengarang : Sebagian Karya beliau dalam menghitung dan
mendesain beberapa proyek pembuatan pesawat terbang :
- VTOL (
Vertical Take Off & Landing ) Pesawat Angkut DO-31.
- Pesawat Angkut Militer TRANSALL C-130.
- Hansa Jet 320 ( Pesawat Eksekutif ).
- Airbus A-300 ( untuk 300 penumpang )
- CN - 235
- N-250
- dan secara tidak langsung turut berpartisipasi dalam menghitung dan mendesain:
· Helikopter BO-105.
· Multi Role Combat Aircraft (MRCA).
· Beberapa proyek rudal dan satelit.
- Pesawat Angkut Militer TRANSALL C-130.
- Hansa Jet 320 ( Pesawat Eksekutif ).
- Airbus A-300 ( untuk 300 penumpang )
- CN - 235
- N-250
- dan secara tidak langsung turut berpartisipasi dalam menghitung dan mendesain:
· Helikopter BO-105.
· Multi Role Combat Aircraft (MRCA).
· Beberapa proyek rudal dan satelit.
Alasan
membuat buku : Untuk mengobati rasa rindu kepada
sang istri ( Ainun )
Sinopsis buku
: Ainun
"Saya bahagia malam-malam hari berdua di kamar: dia sibuk di antara kertas-kertasnya yang berserakan di tempat tidur, saya menjahit, membaca atau berbuat lainnya. Saya terharu melihat ia pun banyak membantu tanpa diminta: mencuci piring, mencuci popok bayi yang ada isinya..."
Habibie
"Terima kasih Allah, Engkau telah menjadikan Ainun dan saya manunggal jiwa, roh, batin, dan hati nurani. Kami melekat pada diri kami sepanjang masa di manapun kami berada..."
"Saya bahagia malam-malam hari berdua di kamar: dia sibuk di antara kertas-kertasnya yang berserakan di tempat tidur, saya menjahit, membaca atau berbuat lainnya. Saya terharu melihat ia pun banyak membantu tanpa diminta: mencuci piring, mencuci popok bayi yang ada isinya..."
Habibie
"Terima kasih Allah, Engkau telah menjadikan Ainun dan saya manunggal jiwa, roh, batin, dan hati nurani. Kami melekat pada diri kami sepanjang masa di manapun kami berada..."
Buku ini menari, karena berisi analsisi ilmiah murni penulis sebagai intelektual yang berpendapat apa adanya.
( KH Ali Yafie )
Ini adalah sebuah karya yang ditenun dan dibingkai dengan perasaan cinta suci yang mendalam, tulus dan sarat nilai. Suka-duka penulisnya berdampingan selama 48 tahun dengan Bu Ainun bertumpah-ruah dengan penuh kejujuran dalam karya ini, sebuah karya yang dapat dijadikan ilham bagi para pencari resep spiritual bagi bangunan rumah tangga sakinah, sesuatu yang tidak mudah bagi kebanyakan kita, termasuk saya.
( Ahmad Syafii Maarif )
Ini adalah sebuah buku yang luar biasa menari, amat penting, sebuah buku sejarah Indonesia di 40 tahun terakhir, kisah pengalaman seorang putera utama bangsa Indonesia, tokoh teknologi yang menjadi tokoh politik, sebuah buku yang indah, yang sekaligus cerita cinta, cinta yang menjadi rahmat dari Tuhan. Mempesona!
( Franz Magnis-Suseno SJ )
Ini adalah sebuah karya yang ditenun dan dibingkai dengan perasaan cinta suci yang mendalam, tulus dan sarat nilai. Suka-duka penulisnya berdampingan selama 48 tahun dengan Bu Ainun bertumpah-ruah dengan penuh kejujuran dalam karya ini, sebuah karya yang dapat dijadikan ilham bagi para pencari resep spiritual bagi bangunan rumah tangga sakinah, sesuatu yang tidak mudah bagi kebanyakan kita, termasuk saya.
( Ahmad Syafii Maarif )
Ini adalah sebuah buku yang luar biasa menari, amat penting, sebuah buku sejarah Indonesia di 40 tahun terakhir, kisah pengalaman seorang putera utama bangsa Indonesia, tokoh teknologi yang menjadi tokoh politik, sebuah buku yang indah, yang sekaligus cerita cinta, cinta yang menjadi rahmat dari Tuhan. Mempesona!
( Franz Magnis-Suseno SJ )
Tema resensi
: Kisah Hidup Perjalan Habibie & Ainun
Habibie & Ainun merupakan
karya terbaru dari mantan presiden Republik Indonesia ke-3, Bacharuddin Jusuf
Habibie. Buku ini berisi kisah-kisah dan pengungkapan rasa cinta terdalam dari
sang profesor kepada almarhumah istrinya yakni Hj. Hasri Ainun Habibie binti R.
Mohamad Bestari yang wafat pada tanggal 23 Mei 2010 lalu. Dalam kata
pengantarnya, Habibie mengaku jika penulisan buku ini menjadi terapi bagi
dirinya untuk mengobati kerinduan, rasa tiba-tiba kehilangan dari seseorang
yang telah menemani dan berada dalam kehidupannya selama 48 tahun 10 hari, baik
dalam berbagi derita maupun bahagia. Walau pun ia sudah ikhlas tetapi ia tidak
bisa membohongi dirinya bahwa ia masih terpukul pasca ditinggalkan sang istri
tercinta. Bahkan menurutnya antara dirinya dan Ainun adalah dua raga tetapi
hanya satu jiwa.
Buku ini sendiri baru di
luncurkan pada tanggal 30 November 2010 lalu di Jakarta. Menceritakan berbagai
kisah cinta menarik antara Pak Habibie dan Ibu Ainun. Mulai dari perjumpaan
keduanya yang menjadi awal segalanya, keseharian dalam mengarungi bahtera rumah
tangga hingga kejadian memilukan tatkala sang takdir Ilahi memisahkan keduanya.
Selain itu para pembaca juga akan menemukan beberapa untaian doa dan puisi
cinta yang pernah ditulis keduanya. Tak berlebihan jika Habibie mengatakan saat
dirinya menulis buku ini tiap halamannya penuh dengan tetesan air mata.
Menurutnya kehadiran Ainun yang telah mendampinginya selama ini, telah menjadi
api yang selalu membakar energi semangat dan jiwanya dalam menjalani hidup.
Sekaligus laksana air yang selalu menyiram dan meredakan gejolak jiwanya hingga
kembali tenang.
Sejak sang permaisuri
menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit Ludwig Maximilian University
(LMU) Muenchen, Jerman, Habibie masih merasa jika Ainun tetap berada di sisinya.
Setiap ia keluar dari ruang kerjanya, tiba-tiba ia merasa berada pada sebuah
dimensi ruang dan waktu yang lain. Sebuah dimensi dimana Ainun belum berpisah
ke alam Barzah. Wajah sang istri seperti melekat disetiap sudut matanya, hadir
dimanapun Habibie berada. Oleh karena itu, menurutnya hadirnya buku ini telah
menutupi kekosongan jiwanya dari hari ke hari, bulan ke bulan mengikuti
perjalanan sang waktu.
Buku ini terdiri dari 37 bab.
Masing-masing babnya mengandung hikmah tentang kehidupan dari sang profesor.
Gaya ceritanya yang sederhana, menjadikan para pembaca ingin terus menyaksikan
apa-apa saja tingkah pola Habibie dan Ainun di belakang layar pentas nasional.
Sehingga para pembaca akan menemukan sebuah bacaan yang berbeda. Layaknya
sebuah novel, Habibie mampu menyajikan sebuah alur cerita unik dan menawan
sehingga begitu lekat dimata para pembacanya. Seperti perjuangan Habibie muda
saat mengungkapkan perasaan cintanya kepada Ainun, cerita dibalik pendirian
Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), dibalik layar pemunculan dan
terbang perdana pesawat buatan anak bangsa N250 Gatotkoco, hingga suasana duka
kepergian sang istri tercinta serta beragam kisah lainnya yang rugi jika
terlewatkan.
Sedikit saya akan menceritakan isi
yang tertera didalam buku yang berjudul Habibie & Ainun.
Dalam buku ini dikisahkan bagaimana Pak Habibie tertarik pada Bu Ainun, kisah pacaran mereka yang singkat dan berujung pada pernikahan. Selanjutnya kita dapat mengetahui episode kisah hidup Pak Habibie (yang tentunya dalam setiap tahapan kehidupannya tak lepas dari peranan Bu Ainun).
Mulai dari pasangan baru dengan gaji yang pas-pasan di Jerman, namun kesulitan-kesulitan di awal pernikahan mereka membuat mereka bertambah saling memahami.Menghadapi kehidupan yang keras,Bu Ainun tak mengeluh, bahkan senantiasa menyambut Pak Habibie dengan pandangan dan senyuman yang menentramkan. Dan berkali-kali Pak Habibie menyebutkan dalam buku ini bahwa pandangan dan senyuman Bu Ainun senantiasa membuatnya terpukau dan dirindukannya.
Ketika Pak Habibie mengalami masalah dalam penyelesaian doktoralnya dan merasa kerja kerasnya sia-sia, namun Bu Ainun memberikan motivasi dan saran untuk menyelesaikan masalahnya. Atas saran dari Ibu Ainun inilah, masalahpun dapat terpecahkan. Pak Habibie merasa Bu Ainun adalah ilham untuknya, oleh karena itu anak pertama mereka diberi nama Ilham. Di sini, saya sangat salut sekali dengan kecerdasan Bu Ainun yang memahami persoalan yang menimpa suaminya dan dapat memberikan solusi. Dan apapun yang terjadi Pak Habibie senantiasa mengkonsutasikannya dengan Bu Ainun. Juga pernyataan Pak Habibie karena Aninunlah sesuatu yang tidak mungkin ia lakukan jika Ainun merasa mungkin untuk dilakukan maka Pak Habibie akan yakin dapat membuat sesuatu yang tidak mungkin itu menjadi mungkin. Ketika anak kedua lahir, maka kebutuhan semakin besar Bu Ainun memutuskan untuk bekerja menjadi dokter anak(atas dukungan Pak Habibie), akan tetapi akhirnya harus melepaskan pekerjaannya karena anaknya sakit dan merasa bersalah tidak dapat merawat anaknya. Meskipun pada akhirnya Bu Ainun memutuskan menjadi Ibu rumah tangga namun Bu Ainun tetap dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan karier Pak Habibie sehingga masih tetap dapat memberikan masukan-masukan kepada Pak Habibie.Apalagi setelah kembali ke tanah air, bu Ainun disibukkan untuk mendampingi Pak Habibie juga membuat kegiatan di lembaga-lembaga yang dipimpin oleh suaminya dan juga mengepalai berbagai yayasan. Jabatan yang diemban Pak Habibie tak membuat Bu Ainun berubah, malah mereka semakin tidak dapat dipisahkan dimana ada Pak Habibie disitu ada Bu Ainun. Sampai ketika bu Ainun sakit dan meninggal, Pak Habibie merasa bahwa ia dan Ainun maninggal karena diikat oleh cinta yang murni, suci, sejati, sempurna dan abadi.
Setelah saya membaca dan membuat suatu resensi
tentang buku Habibie & Ainun , saya mendapatkan beberapa kelebihan dan
kekurangan dari buku tersebut.
A.
KELEBIHAN
BUKU
1. Saat merasa buku
ini sangat mencerminkan sang penulis, yaitu Pak Bacharuddin Jusuf Habibie.
Saat membaca buku ini, saya dapat membayangkan Pak Habibie berbicara dan bercerita.
Setelah bertahun-tahun tidak pernah melihat pidato-pidato Pak Habibie (yang sejujurnya dulu sangat membosankan), buku ini bisa menjadi penawar rindu yang sangat ampuh.
Selain itu, karena cara penyampaian dalam buku ini benar-benar menggambarkan Pak Habibie, saya semakin kagum dengan apa yang ada di dalam otak dan pemikiran beliau. Betapa hebatnya beliau menciptakan berbagai macam rencana-rencana untuk hidupnya, untuk lembaga-lembaga yang dipimpinnya, dan untuk Indonesia.
Saat membaca buku ini, saya dapat membayangkan Pak Habibie berbicara dan bercerita.
Setelah bertahun-tahun tidak pernah melihat pidato-pidato Pak Habibie (yang sejujurnya dulu sangat membosankan), buku ini bisa menjadi penawar rindu yang sangat ampuh.
Selain itu, karena cara penyampaian dalam buku ini benar-benar menggambarkan Pak Habibie, saya semakin kagum dengan apa yang ada di dalam otak dan pemikiran beliau. Betapa hebatnya beliau menciptakan berbagai macam rencana-rencana untuk hidupnya, untuk lembaga-lembaga yang dipimpinnya, dan untuk Indonesia.
2. Bukan cinta melulu.
Sebelum membaca buku ini, saya mengira bahwa saya akan mendapatkan bacaan yang fokus pada kisah percintaan antara Habibie dan Ainun. Saya senang sekaligus juga cukup kaget karena, tidak saja disuguhkan cerita dibalik kehidupan suami-istri mereka berdua, Pak Habibie juga menuliskan berbagai kisah sejarah Indonesia dan benih-benih pemikiran beliau.
Saya justru tidak dapat membayangkan buku jika isinya hanya masalah cinta melulu.
Sebelum membaca buku ini, saya mengira bahwa saya akan mendapatkan bacaan yang fokus pada kisah percintaan antara Habibie dan Ainun. Saya senang sekaligus juga cukup kaget karena, tidak saja disuguhkan cerita dibalik kehidupan suami-istri mereka berdua, Pak Habibie juga menuliskan berbagai kisah sejarah Indonesia dan benih-benih pemikiran beliau.
Saya justru tidak dapat membayangkan buku jika isinya hanya masalah cinta melulu.
3. Mau atau tidak mau,
rasa nasionalisme saya tergugah saat membaca buku ini.
Pak Habibie memberikan deskripsi yang begitu detil tentang perjuangan dia membangun industri dirgantara Indonesia. Kalimat-kalimat yang beliau tulis mengenai kemampuan putra-putri bangsa, mau tidak mau menggelitik rasa nasionalisme saya.
Dulu Pak Habibie bisa menginisiasi proyek sebesar PT DI, kenapa anak-anak muda zaman sekarang belum bisa melanjutkan perjuangan-perjuangan tersebut?
Tingginya idealisme dan nasionalisme Pak Habibie dan keluarga, yang bersedia meninggalkan hidup berkecukupan di Jerman dan malah pulang ke Indonesia, itu saya akan ingat sampai kapanpun.
Pak Habibie memberikan deskripsi yang begitu detil tentang perjuangan dia membangun industri dirgantara Indonesia. Kalimat-kalimat yang beliau tulis mengenai kemampuan putra-putri bangsa, mau tidak mau menggelitik rasa nasionalisme saya.
Dulu Pak Habibie bisa menginisiasi proyek sebesar PT DI, kenapa anak-anak muda zaman sekarang belum bisa melanjutkan perjuangan-perjuangan tersebut?
Tingginya idealisme dan nasionalisme Pak Habibie dan keluarga, yang bersedia meninggalkan hidup berkecukupan di Jerman dan malah pulang ke Indonesia, itu saya akan ingat sampai kapanpun.
B. KELEMAHAN BUKU
1. Karena buku ini sangat menggambarkan Pak Habibie yang sedang
bercerita, kalimat-kalimat dalam paragraf-paragraf yang ada dalam buku ini sering
terasa membingungkan dan tidak wajar.
Saya tidak tahu apa yang ada di dalam otak Pak Habibie, tapi saya yakin otaknya sangat penuh dengan berbagai macam pemikiran tentang berbagai macam hal. Mungkin beberapa hal tersebut saling bertubrukan satu sama lain. Atau bahkan mungkin rantai pemikiran beliau tentang hal A, malah berlilitan tanpa sengaja dengan rantai pemikiran hal B. Hal ini semua tergambarkan dalam buku ini.
Saya tidak tahu apa yang ada di dalam otak Pak Habibie, tapi saya yakin otaknya sangat penuh dengan berbagai macam pemikiran tentang berbagai macam hal. Mungkin beberapa hal tersebut saling bertubrukan satu sama lain. Atau bahkan mungkin rantai pemikiran beliau tentang hal A, malah berlilitan tanpa sengaja dengan rantai pemikiran hal B. Hal ini semua tergambarkan dalam buku ini.
2. Sungguh saya
sayangkan buku yang begitu istimewa ini tidak disempurnakan dengan kehadiran
seorang editor.
Ataukah saya yang salah mengerti?
Saya sudah berusaha mencari siapa editor yang membantu sebelum resminya diterbitkan buku ini, namun tidak satu nama pun muncul.
Menurut saya, ketidakhadiran seorang editor membuat kekurangan-kekurangan dalam buku ini menjadi begitu menonjol.
Misalnya saja di dalam buku ini tidak jarang kata “Ainun” malah dicetak menjadi “AInun” atau pun kata “tetapi” menjadi “tatapi.”
Satu hal yang sangat-sangat mengganggu keindahan bahasa penulisan adalah tidak konsistennya pemilihan kata antara “saya” dan “aku”. Di dalam satu kalimat, contohnya:
“… dan Ainun selalu mengilhami saya dengan senyuman yang kurindukan.”
Sungguh-sungguh-sungguh sangat disayangkan.
Ataukah saya yang salah mengerti?
Saya sudah berusaha mencari siapa editor yang membantu sebelum resminya diterbitkan buku ini, namun tidak satu nama pun muncul.
Menurut saya, ketidakhadiran seorang editor membuat kekurangan-kekurangan dalam buku ini menjadi begitu menonjol.
Misalnya saja di dalam buku ini tidak jarang kata “Ainun” malah dicetak menjadi “AInun” atau pun kata “tetapi” menjadi “tatapi.”
Satu hal yang sangat-sangat mengganggu keindahan bahasa penulisan adalah tidak konsistennya pemilihan kata antara “saya” dan “aku”. Di dalam satu kalimat, contohnya:
“… dan Ainun selalu mengilhami saya dengan senyuman yang kurindukan.”
Sungguh-sungguh-sungguh sangat disayangkan.
3. Cerita cinta masih
kurang
Kontradiktif dengan poin nomor 3 kelebihan buku ini, sebesar apapun saya menyukai sisi sejarah dan berbagai macam cerita tentang perjuangan Pak Habibie, saya merasa kisah percintaan antara Pak Habibie dan Ainun hanya dirayakan di awal dan akhir buku. Di pertengahan buku, saya merasa cerita-cerita tentang kegiatan Ainun dan deskripsi tentang kecintaan Pak Habibie dan Ainun hanya merupakan sisipan yang cuma mampir. Selipan-selipan yang seharusnya menjadi cerita betapa dalamnya cinta kasih Pak Habibie dan Ainun dirasa terpaksa dituliskan demi menyokong judul buku ini.
Kontradiktif dengan poin nomor 3 kelebihan buku ini, sebesar apapun saya menyukai sisi sejarah dan berbagai macam cerita tentang perjuangan Pak Habibie, saya merasa kisah percintaan antara Pak Habibie dan Ainun hanya dirayakan di awal dan akhir buku. Di pertengahan buku, saya merasa cerita-cerita tentang kegiatan Ainun dan deskripsi tentang kecintaan Pak Habibie dan Ainun hanya merupakan sisipan yang cuma mampir. Selipan-selipan yang seharusnya menjadi cerita betapa dalamnya cinta kasih Pak Habibie dan Ainun dirasa terpaksa dituliskan demi menyokong judul buku ini.
4. Kurang Foto
Saya bukan jenis orang yang lebih suka membaca sesuatu yang bergambar, tapi saya sangat setuju dengan ungkapan bahwa gambar dapat menggantikan berjuta-juta kata yang digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu.
Mungkin hal ini disebabkan karena buku ini buru-buru diterbitkan, mumpung waktu meninggalnya Ainun belum terlalu lama. Atau juga kesalahan penerbit yang menyetujui penerbitan buku ini.
Tapi, dengan menyokong pernyataan saya di poin kekurangan nomor 3, buku ini akan menjadi lebih berwarna bila disertakan dengan gambar-gambar Pak Habibie bersama Ainun.
Alangkah baiknya jika kecintaan Pak Habibie dan Ainun digambarkan dalam foto keluarga bersama Ilham dan Thareq.
Sungguh sangat disayangkan bahwa pembaca hanya diberikan rangkaian kata soal foto keluarga terakhir sebelum Ainun meninggal, tanpa dimanjakan matanya dengan keberadaan foto tersebut.
Saya bukan jenis orang yang lebih suka membaca sesuatu yang bergambar, tapi saya sangat setuju dengan ungkapan bahwa gambar dapat menggantikan berjuta-juta kata yang digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu.
Mungkin hal ini disebabkan karena buku ini buru-buru diterbitkan, mumpung waktu meninggalnya Ainun belum terlalu lama. Atau juga kesalahan penerbit yang menyetujui penerbitan buku ini.
Tapi, dengan menyokong pernyataan saya di poin kekurangan nomor 3, buku ini akan menjadi lebih berwarna bila disertakan dengan gambar-gambar Pak Habibie bersama Ainun.
Alangkah baiknya jika kecintaan Pak Habibie dan Ainun digambarkan dalam foto keluarga bersama Ilham dan Thareq.
Sungguh sangat disayangkan bahwa pembaca hanya diberikan rangkaian kata soal foto keluarga terakhir sebelum Ainun meninggal, tanpa dimanjakan matanya dengan keberadaan foto tersebut.
Semoga hadirnya buku ini bisa
menjadi refleksi atau pelajaran serta inspirasi bagi kita semua. Serta mampu
memenuhi dahaga warga Indonesia yang ingin mengetahui fakta sejarah dari
kehidupan sang profesor, hingga mampu dicatat dalam sejarah bangsa ini.
1. Judul resensi :Cinta Sejati Merangkai Kasih Sayang
2. Indentitas buku
§ Nama pengarang : Bacharuddin Jusuf Habibie
§ Judul buku : Habibie & Ainun
§ Penerbit : PT THC Mandiri
§ Tempat terbit : Jl. Kemang Selatan No. 98 Jakarta 12560 –
Indonesia.
§ Tahun terbit : 2010
§ Tebal buku : xii + 323 Halaman
§ Jenis kertas : Soft Cover
§ Harga buku : Rp. 80.000
3. Riwayat kepengarangan pengarang
§ Nama pengarang : Bacharuddin
Jusuf Habibie
§ TTL pengarang : Pare-pare,
Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936.
§ Pendidikan pengarang : Di SMA, beliau
mulai tampak menonjol prestasinya, terutama dalam pelajaran-pelajaran
eksakta. Setelah tamat SMA di bandung tahun 1954, beliau masuk di ITB
(Institut Teknologi Bandung). Pada 1955-1965 ia melanjutkan studi teknik
penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen,
Jerman Barat, menerima gelar diplom ingineur pada 1960 dan gelar doktor
ingineur pada 1965 dengan predikat summa cum laude.
§ Hasil karya pengarang :
- VTOL ( Vertical Take Off & Landing ) Pesawat Angkut DO-31.
- Pesawat Angkut Militer TRANSALL C-130.
- Hansa Jet 320 ( Pesawat Eksekutif ).
- Airbus A-300 ( untuk 300 penumpang )
- CN - 235
- N-250
- dan secara tidak langsung turut berpartisipasi dalam menghitung dan
mendesain:
· Helikopter BO-105.
· Multi Role Combat Aircraft (MRCA).
· Beberapa proyek rudal dan satelit.
§ Penghargaan yang diperoleh pengarang : Bacharuddin Jusuf Habibie
menerima penghargaan tertinggi dari ITB berupa "Ganesha Prajamanggala
Bakti Kencana" yang diserahkan di sela-sela kuliah umum "Indonesia 2045:
Super Power Baru" di Aula Barat Kampus ITB Kota Bandung. INSTITUT
Teknologi Surabaya (ITS) memberi penghargaan Sepuluh Nopember kepada
Prof. BJ Habibie atas jasanya membantu pendirian Laboratorium
Hidrodinamika Indonesia (LHI) di kawansan ITS.
1983 Anggota kehormatan Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar Jerman
Barat, dan The Royal Aeronautica Soctety, Inggris.
1984 Tokoh dalam teknologi penerbangan dan angkasa luar dari Aviation
Week & Spac Technology
1985 Anggota kehormatan The Royal Swedlsh (berhak menentukan pemenang
Hadiah Nobel)
1985 Anggota kehormatan Academie Nationale de l’Air et de l’Espace.
Prancis
1985 Tokoh terkemuka dan tim Awatcn Intomafonal News. AS
1992 Theodore van Karman Award dari Jerman
1993 Ooctor of Science dari Cranfield Institute Of Technology. Inggris
1994 Edward Wanner Award dari Organisasi Penerbangan Slpd Dunia (ICAO)
4. Bahasa yang digunakan
§ Gaya bahasa/majas :Personifikasi
§ Pepatah/nasihat :Jadilah orang yang
berguna bagi bangsa dan bagi keluarga.
5. Unsur intrinsik dan ekstrinsik :
*unsur intrinsik
¨ Tema : Kisah Hidup Perjalan Habibie &
Ainun.
¨ Latar :jl.Imam Bonjol, Bandung.
Jl. Rangga Marela no.11B
Perusahaan Hamburger Flugzeugbau HFB.
Desa Aberfortsbach, kota terbesar di Jerman.
Kampus ITB Bandung.
¨ Penokohan :
Ø BJ.HABIBIE :PROTAGONIS.
· Tegas Bersikap.
· Bertanggung Jawab pada Tugas.
· Lelaki Romantis.
Ø AINUN :PROTAGONIS.
· Ainun, Istri Hebat Di Balik Lelaki Hebat.
· Seorang pendamping yang baik.
· Istri yang santun penuh setia juga tercermin.
¨ Alur :Alur maju.
¨ Sudut pandang :Orang pertama tunggal.
¨ Amanat :Tirulah sosok BJ.Habibie yang berguna
bagi bangsa dan tidak lepas dari belajar dan sosok Ainun Habibie sebagai
wanita mandiri dan istri yang baik bagi suami.
*Unsur ekstrinsik
“Habibie adalah salah satu ikon dunia modern. Dia juga penggagas
teknologi sebagai basis pengembangan teknologi. Ia juga dikenal sebagai
pribadi religius. Betapapun ada kontroversi seputar dirinya, ia tetap
tokoh yang darinya dapat diambil kebijaksanaan dan pelajaran.”
"Membaca Detik-Detik yang Menentukan membuat serasa dekat dengan sosok
Habibie sebagai abdi bangsa yang berjuang mengorbankan seluruh waktu dan
tenaga untuk kepentingan bangsa; pernah hanya sempat tidur 1 jam dalam
larut mengatasi situasi gawat darurat krisis. Dari mana akar semua itu?
Buku ini bercerita tentang garis hidup seorang Habibie yang menarik:
genius dan prestisius, tapi dengan jiwa religius; gila kerja tapi juga
suka bercanda; gila teknologi tapi juga suka berpuisi. Kesemuanya
barangkali adalah jalinan kontinuitas dari energi dan ruh pengabdian
dalam diri Habibie lepas dari kekurangannya sebagai manusia."
6. Synopsis :
Ini adalah kisah tentang apa yang terjadi bila kau menemukan belahan
hatimu. Kisah tentang cinta pertama dan cinta terakhir. Kisah tentang
Presiden ketiga Indonesia dan ibu negara. Kisah tentang Habibie dan
Ainun.
BJ Habibie, Seorang jenius pakar pesawat terbang, seseorang
pemuda yang mempunyai mimpi dan cita-cita yang besar, membuat kendaraan
terbang untuk satukan Indonesia. Ainun, seorang dokter muda dengan masa
depan yang cerah.Singkatnya kisah cinta dua insan ini dimulai di tahun
1962, pertemuan mereka kembali setelah berpisah sejak bangku SMP,
perubahan sosok dari kedua belah pihak saling memukau satu sama lainnya,
Habibie yang begitu terpesona melihat sosok dewasa dari Ainun yang
semanis gula, begitu juga dengan Ainun yang bukan hanya jatuh cinta
kepada Habibie, Ainun juga terpukau dengan Visi dan Mimpi besar Habibie,
dari situlah benih cinta mulai hadir, yang kemudian bungkus dengan
sebuah pernikahan.Mulailah dua sejoli ini merajut bahtera rumah tangga
dengan tinggal di Jerman, sebuah perjalanan cinta sejati, Habibie &
Ainun dengan visi dan mimpi yang sama untuk diwujudkan bersama-sama,
berjalan ditengan dinginnya hujan salju, diterpa badai-badai kehidupan,
godaan dan cobaan. Bagi Habibie Ainun tercipta
untuk saya, dan saya tercipta untuk Ainun. Tapi semua itu tak ada yang
abadi, selalu ada batas dimana perpisaha itu pasti akan hadir.
7. Kelebihan dan kelemahan buku
Kelebihan buku :
Ø Saat merasa novel sangat mencerminkan sang penulis, yaitu Pak
Bacharuddin Jusuf Habibie.
Ø Isi novel tidak hanya menceritakan kisah cinta,tetapi perjalanan
hidup.
Ø Mau atau tidak mau, rasa nasionalisme saya tergugah saat membaca
novel ini.
Kelemahan buku :
Ø Novel ini sangat menggambarkan Pak Habibie yang sedang bercerita.
Ø Sungguh di sayangkan buku yang begitu istimewa ini tidak
disempurnakan dengan kehadiran seorang editor.
Ø Cerita cintanya masih kurang.
8. Kesimpulan
Habibie & Ainun merupakan karya terbaru dari mantan presiden
Republik Indonesia ke-3, Bacharuddin Jusuf Habibie. Buku ini berisi
kisah-kisah dan pengungkapan rasa cinta terdalam dari sang profesor
kepada almarhumah istrinya yakni Hj. Hasri Ainun Habibie binti R.
Mohamad Bestari yang wafat pada tanggal 23 Mei 2010 lalu. Dalam kata
pengantarnya, Habibie mengaku jika penulisan buku ini menjadi terapi
bagi dirinya untuk mengobati kerinduan, rasa tiba-tiba kehilangan dari
seseorang yang telah menemani dan berada dalam kehidupannya selama 48
tahun 10 hari, baik dalam berbagi derita maupun bahagia. Walau pun ia
sudah ikhlas tetapi ia tidak bisa membohongi dirinya bahwa ia masih
terpukul pasca ditinggalkan sang istri tercinta. Bahkan menurutnya
antara dirinya dan Ainun adalah dua raga tetapi hanya satu jiwa.
Buku ini sendiri baru di luncurkan pada tanggal 30 November 2010 lalu di
Jakarta. Menceritakan berbagai kisah cinta menarik antara Pak Habibie
dan Ibu Ainun. Mulai dari perjumpaan keduanya yang menjadi awal
segalanya, keseharian dalam mengarungi bahtera rumah tangga hingga
kejadian memilukan tatkala sang takdir Ilahi memisahkan keduanya. Selain
itu para pembaca juga akan menemukan beberapa untaian doa dan puisi
cinta yang pernah ditulis keduanya. Tak berlebihan jika Habibie
mengatakan saat dirinya menulis buku ini tiap halamannya penuh dengan
tetesan air mata. Menurutnya kehadiran Ainun yang telah mendampinginya
selama ini, telah menjadi api yang selalu membakar energi semangat dan
jiwanya dalam menjalani hidup. Sekaligus laksana air yang selalu
menyiram dan meredakan gejolak jiwanya hingga kembali tenang.
Sejak sang permaisuri menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit
Ludwig Maximilian University (LMU) Muenchen, Jerman, Habibie masih
merasa jika Ainun tetap berada di sisinya. Setiap ia keluar dari ruang
kerjanya, tiba-tiba ia merasa berada pada sebuah dimensi ruang dan waktu
yang lain. Sebuah dimensi dimana Ainun belum berpisah ke alam Barzah.
Wajah sang istri seperti melekat disetiap sudut matanya, hadir dimanapun
Habibie berada. Oleh karena itu, menurutnya hadirnya buku ini telah
menutupi kekosongan jiwanya dari hari ke hari, bulan ke bulan mengikuti
perjalanan sang waktu.
Buku ini terdiri dari 37 bab. Masing-masing babnya mengandung hikmah
tentang kehidupan dari sang profesor. Gaya ceritanya yang sederhana,
menjadikan para pembaca ingin terus menyaksikan apa-apa saja tingkah
pola Habibie dan Ainun di belakang layar pentas nasional. Sehingga para
pembaca akan menemukan sebuah bacaan yang berbeda. Layaknya sebuah
novel, Habibie mampu menyajikan sebuah alur cerita unik dan menawan
sehingga begitu lekat dimata para pembacanya. Seperti perjuangan Habibie
muda saat mengungkapkan perasaan cintanya kepada Ainun, cerita dibalik
pendirian Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), dibalik layar
pemunculan dan terbang perdana pesawat buatan anak bangsa N250
Gatotkoco, hingga suasana duka kepergian sang istri tercinta serta
beragam kisah lainnya yang rugi jika terlewatkan.
Semoga hadirnya novel ini bisa menjadi refleksi atau pelajaran serta
inspirasi bagi kita semua. Serta mampu memenuhi dahaga warga Indonesia
yang ingin mengetahui fakta sejarah dari kehidupan sang profesor, hingga
mampu dicatat dalam sejarah bangsa ini.
Copy the BEST Traders and Make Money : http://ow.ly/KNICZ
Copy the BEST Traders and Make Money : http://ow.ly/KNICZ
1. Judul resensi
:Cinta Sejati Merangkai Kasih Sayang
2. Indentitas buku
§ Nama pengarang : Bacharuddin Jusuf Habibie
§ Judul buku : Habibie & Ainun
§ Penerbit : PT THC Mandiri
§ Tempat terbit : Jl. Kemang Selatan No. 98 Jakarta 12560 –
Indonesia.
§ Tahun terbit : 2010
§ Tebal buku : xii + 323 Halaman
§ Jenis kertas : Soft Cover
§ Harga buku : Rp. 80.000
3. Riwayat kepengarangan pengarang
§ Nama pengarang : Bacharuddin
Jusuf Habibie
§ TTL pengarang : Pare-pare,
Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936.
§ Pendidikan pengarang : Di SMA, beliau
mulai tampak menonjol prestasinya, terutama dalam pelajaran-pelajaran
eksakta. Setelah tamat SMA di bandung tahun 1954, beliau masuk di ITB
(Institut Teknologi Bandung). Pada 1955-1965 ia melanjutkan studi teknik
penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen,
Jerman Barat, menerima gelar diplom ingineur pada 1960 dan gelar doktor
ingineur pada 1965 dengan predikat summa cum laude.
§ Hasil karya pengarang :
- VTOL ( Vertical Take Off & Landing ) Pesawat Angkut DO-31.
- Pesawat Angkut Militer TRANSALL C-130.
- Hansa Jet 320 ( Pesawat Eksekutif ).
- Airbus A-300 ( untuk 300 penumpang )
- CN - 235
- N-250
- dan secara tidak langsung turut berpartisipasi dalam menghitung dan
mendesain:
· Helikopter BO-105.
· Multi Role Combat Aircraft (MRCA).
· Beberapa proyek rudal dan satelit.
§ Penghargaan yang diperoleh pengarang : Bacharuddin Jusuf Habibie
menerima penghargaan tertinggi dari ITB berupa "Ganesha Prajamanggala
Bakti Kencana" yang diserahkan di sela-sela kuliah umum "Indonesia 2045:
Super Power Baru" di Aula Barat Kampus ITB Kota Bandung. INSTITUT
Teknologi Surabaya (ITS) memberi penghargaan Sepuluh Nopember kepada
Prof. BJ Habibie atas jasanya membantu pendirian Laboratorium
Hidrodinamika Indonesia (LHI) di kawansan ITS.
1983 Anggota kehormatan Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar Jerman
Barat, dan The Royal Aeronautica Soctety, Inggris.
1984 Tokoh dalam teknologi penerbangan dan angkasa luar dari Aviation
Week & Spac Technology
1985 Anggota kehormatan The Royal Swedlsh (berhak menentukan pemenang
Hadiah Nobel)
1985 Anggota kehormatan Academie Nationale de l’Air et de l’Espace.
Prancis
1985 Tokoh terkemuka dan tim Awatcn Intomafonal News. AS
1992 Theodore van Karman Award dari Jerman
1993 Ooctor of Science dari Cranfield Institute Of Technology. Inggris
1994 Edward Wanner Award dari Organisasi Penerbangan Slpd Dunia (ICAO)
4. Bahasa yang digunakan
§ Gaya bahasa/majas :Personifikasi
§ Pepatah/nasihat :Jadilah orang yang
berguna bagi bangsa dan bagi keluarga.
5. Unsur intrinsik dan ekstrinsik :
*unsur intrinsik
¨ Tema : Kisah Hidup Perjalan Habibie &
Ainun.
¨ Latar :jl.Imam Bonjol, Bandung.
Jl. Rangga Marela no.11B
Perusahaan Hamburger Flugzeugbau HFB.
Desa Aberfortsbach, kota terbesar di Jerman.
Kampus ITB Bandung.
¨ Penokohan :
Ø BJ.HABIBIE :PROTAGONIS.
· Tegas Bersikap.
· Bertanggung Jawab pada Tugas.
· Lelaki Romantis.
Ø AINUN :PROTAGONIS.
· Ainun, Istri Hebat Di Balik Lelaki Hebat.
· Seorang pendamping yang baik.
· Istri yang santun penuh setia juga tercermin.
¨ Alur :Alur maju.
¨ Sudut pandang :Orang pertama tunggal.
¨ Amanat :Tirulah sosok BJ.Habibie yang berguna
bagi bangsa dan tidak lepas dari belajar dan sosok Ainun Habibie sebagai
wanita mandiri dan istri yang baik bagi suami.
*Unsur ekstrinsik
“Habibie adalah salah satu ikon dunia modern. Dia juga penggagas
teknologi sebagai basis pengembangan teknologi. Ia juga dikenal sebagai
pribadi religius. Betapapun ada kontroversi seputar dirinya, ia tetap
tokoh yang darinya dapat diambil kebijaksanaan dan pelajaran.”
"Membaca Detik-Detik yang Menentukan membuat serasa dekat dengan sosok
Habibie sebagai abdi bangsa yang berjuang mengorbankan seluruh waktu dan
tenaga untuk kepentingan bangsa; pernah hanya sempat tidur 1 jam dalam
larut mengatasi situasi gawat darurat krisis. Dari mana akar semua itu?
Buku ini bercerita tentang garis hidup seorang Habibie yang menarik:
genius dan prestisius, tapi dengan jiwa religius; gila kerja tapi juga
suka bercanda; gila teknologi tapi juga suka berpuisi. Kesemuanya
barangkali adalah jalinan kontinuitas dari energi dan ruh pengabdian
dalam diri Habibie lepas dari kekurangannya sebagai manusia."
6. Synopsis :
Ini adalah kisah tentang apa yang terjadi bila kau menemukan belahan
hatimu. Kisah tentang cinta pertama dan cinta terakhir. Kisah tentang
Presiden ketiga Indonesia dan ibu negara. Kisah tentang Habibie dan
Ainun.
BJ Habibie, Seorang jenius pakar pesawat terbang, seseorang
pemuda yang mempunyai mimpi dan cita-cita yang besar, membuat kendaraan
terbang untuk satukan Indonesia. Ainun, seorang dokter muda dengan masa
depan yang cerah.Singkatnya kisah cinta dua insan ini dimulai di tahun
1962, pertemuan mereka kembali setelah berpisah sejak bangku SMP,
perubahan sosok dari kedua belah pihak saling memukau satu sama lainnya,
Habibie yang begitu terpesona melihat sosok dewasa dari Ainun yang
semanis gula, begitu juga dengan Ainun yang bukan hanya jatuh cinta
kepada Habibie, Ainun juga terpukau dengan Visi dan Mimpi besar Habibie,
dari situlah benih cinta mulai hadir, yang kemudian bungkus dengan
sebuah pernikahan.Mulailah dua sejoli ini merajut bahtera rumah tangga
dengan tinggal di Jerman, sebuah perjalanan cinta sejati, Habibie &
Ainun dengan visi dan mimpi yang sama untuk diwujudkan bersama-sama,
berjalan ditengan dinginnya hujan salju, diterpa badai-badai kehidupan,
godaan dan cobaan. Bagi Habibie Ainun tercipta
untuk saya, dan saya tercipta untuk Ainun. Tapi semua itu tak ada yang
abadi, selalu ada batas dimana perpisaha itu pasti akan hadir.
7. Kelebihan dan kelemahan buku
Kelebihan buku :
Ø Saat merasa novel sangat mencerminkan sang penulis, yaitu Pak
Bacharuddin Jusuf Habibie.
Ø Isi novel tidak hanya menceritakan kisah cinta,tetapi perjalanan
hidup.
Ø Mau atau tidak mau, rasa nasionalisme saya tergugah saat membaca
novel ini.
Kelemahan buku :
Ø Novel ini sangat menggambarkan Pak Habibie yang sedang bercerita.
Ø Sungguh di sayangkan buku yang begitu istimewa ini tidak
disempurnakan dengan kehadiran seorang editor.
Ø Cerita cintanya masih kurang.
8. Kesimpulan
Habibie & Ainun merupakan karya terbaru dari mantan presiden
Republik Indonesia ke-3, Bacharuddin Jusuf Habibie. Buku ini berisi
kisah-kisah dan pengungkapan rasa cinta terdalam dari sang profesor
kepada almarhumah istrinya yakni Hj. Hasri Ainun Habibie binti R.
Mohamad Bestari yang wafat pada tanggal 23 Mei 2010 lalu. Dalam kata
pengantarnya, Habibie mengaku jika penulisan buku ini menjadi terapi
bagi dirinya untuk mengobati kerinduan, rasa tiba-tiba kehilangan dari
seseorang yang telah menemani dan berada dalam kehidupannya selama 48
tahun 10 hari, baik dalam berbagi derita maupun bahagia. Walau pun ia
sudah ikhlas tetapi ia tidak bisa membohongi dirinya bahwa ia masih
terpukul pasca ditinggalkan sang istri tercinta. Bahkan menurutnya
antara dirinya dan Ainun adalah dua raga tetapi hanya satu jiwa.
Buku ini sendiri baru di luncurkan pada tanggal 30 November 2010 lalu di
Jakarta. Menceritakan berbagai kisah cinta menarik antara Pak Habibie
dan Ibu Ainun. Mulai dari perjumpaan keduanya yang menjadi awal
segalanya, keseharian dalam mengarungi bahtera rumah tangga hingga
kejadian memilukan tatkala sang takdir Ilahi memisahkan keduanya. Selain
itu para pembaca juga akan menemukan beberapa untaian doa dan puisi
cinta yang pernah ditulis keduanya. Tak berlebihan jika Habibie
mengatakan saat dirinya menulis buku ini tiap halamannya penuh dengan
tetesan air mata. Menurutnya kehadiran Ainun yang telah mendampinginya
selama ini, telah menjadi api yang selalu membakar energi semangat dan
jiwanya dalam menjalani hidup. Sekaligus laksana air yang selalu
menyiram dan meredakan gejolak jiwanya hingga kembali tenang.
Sejak sang permaisuri menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit
Ludwig Maximilian University (LMU) Muenchen, Jerman, Habibie masih
merasa jika Ainun tetap berada di sisinya. Setiap ia keluar dari ruang
kerjanya, tiba-tiba ia merasa berada pada sebuah dimensi ruang dan waktu
yang lain. Sebuah dimensi dimana Ainun belum berpisah ke alam Barzah.
Wajah sang istri seperti melekat disetiap sudut matanya, hadir dimanapun
Habibie berada. Oleh karena itu, menurutnya hadirnya buku ini telah
menutupi kekosongan jiwanya dari hari ke hari, bulan ke bulan mengikuti
perjalanan sang waktu.
Buku ini terdiri dari 37 bab. Masing-masing babnya mengandung hikmah
tentang kehidupan dari sang profesor. Gaya ceritanya yang sederhana,
menjadikan para pembaca ingin terus menyaksikan apa-apa saja tingkah
pola Habibie dan Ainun di belakang layar pentas nasional. Sehingga para
pembaca akan menemukan sebuah bacaan yang berbeda. Layaknya sebuah
novel, Habibie mampu menyajikan sebuah alur cerita unik dan menawan
sehingga begitu lekat dimata para pembacanya. Seperti perjuangan Habibie
muda saat mengungkapkan perasaan cintanya kepada Ainun, cerita dibalik
pendirian Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), dibalik layar
pemunculan dan terbang perdana pesawat buatan anak bangsa N250
Gatotkoco, hingga suasana duka kepergian sang istri tercinta serta
beragam kisah lainnya yang rugi jika terlewatkan.
Semoga hadirnya novel ini bisa menjadi refleksi atau pelajaran serta
inspirasi bagi kita semua. Serta mampu memenuhi dahaga warga Indonesia
yang ingin mengetahui fakta sejarah dari kehidupan sang profesor, hingga
mampu dicatat dalam sejarah bangsa ini.
Copy the BEST Traders and Make Money : http://ow.ly/KNICZ
Copy the BEST Traders and Make Money : http://ow.ly/KNICZ
Navigation


